Minggu, 10 November 2013

Tugas IBD (Ilmu Budaya Dasar)- Nilai-Nilai Prosa Fiksi dan Cerpen "Manusia dan Harapan"

Nama            : Daksina Syalsa Pertiwi
NPM             : 11213979
Kelas             : 1EA29
Tugas  IBD (Ilmu Budaya Dasar)


Nilai-Nilai Didalam Prosa Fiksi
Yang dimaksud dengan nilai di sini adalah persepsi dan pengertian yang diperoleh pembaca lewat sastra (prosa fiksi). Hendaknya disadari bahwa tidak semua pembaca dapat mem-peroleh persepsi dan pengertian tersebut. Ini hanya dapat di­peroleh pembaca, apabila sastra menyentuh diririya. Nilai ter­sebut tidak akan diperoleh secara otomatis dari membaca. Dan hanya pembaca yang berhasil mendapat pengalaman sastra saja yang dapat merebut nilai-nilai dalam sastra. 

v Prosa Fiksi Memberikan Kesenangan 
Keistimewaan kesenangan yang diperoleh dari mem­baca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana jika mengalaminya sendiri peristiwa atau keja-dian yang dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan imaginasinya untuk mengenal daerah atau tempat yang asing, yang belum dikunjunginya, atau yang tak mungkin dikunjungi selama hidupnya. Pembaca juga dapat menge­nal tokoh-tokoh yang aneh atau asing tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai suatu sukses. Namun demikian tidak menutup kemungkinan bahwa tempat atau tokoh dalam fiksi itu mirip dengan manusia manusia atau tempat-tempat dalam kehidupan sehari-hari.  Kecuali kenikmatan literer, fiksi juga memberikan kesenangan yang berupa stimulasi intelektual. Ini datang dari adanya ide-ide, wawasan-wawasan, atau pemikiran-pemikitan yang baru, yang aneh, yang luar biasa, bahkan juga yang mungkin sangat membahayakan jika diungkap-kan bukan lewat sastra. 

v Prosa Fiksi Memberikan Informasi. 
Fiksi memberikan sejenis informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedi. Jika kita memerlukan suatu fakta, maka kita dapat membuka buku. Tetapi jika kita menginginkan wawasan yang berbeda dari apa yang ada di dalam fakta, maka kita harus memilih sastra. Dari sas­tra mungkin kita akan mendapatkan nilai-nilai dari sesuatu yang mungkin di luar perhatian kita. Dari novel sering kita dapat belajar sesuatu yang lebih daripada sejarah atau laporan jurnalistik tentang kehidupan masa kini, kehidup-an masa lalu, bahkan juga kehidupan yang akan datang, atau kehidupan yang sama sekali asing. (Kita ingat misalnya Robinson Crusoe (Defoe) atau Perja­lanan ke Akhirat (Djamil Suherman).  Fiksi juga memberikan ide atau wawasan yang lebih dalam daripada sekedar fakta yang hanya bersifat meng-gambarkan. Dari fiksi dapat dipahami tentang kelemahan, ketakutan, keterasingan, atau hakekat manusia lebih dari­pada apa yang disajikan oleh buku-buku psikologi, sosiologi, atau anthropologi.  Fiksi bersifat mendramatisasikan, bukan hanya seke­dar menerangkan seperti misalnya buku teks psikologi. Mendramatisasikan, berarti mengubah prinsip-prinsip abstrak menjadi suatu kehidupan atau lakuan/tindakan (action). Kita jadi ingat misalnya pada Ziarah (Iwan Simatupang) yang merupakan dramatisasi atau fisikalisasi dari ide keterasingan kehidupan manusia, sebagaimana diperankan oleh profesor filsafat itu. 

v Prosa Fiksi Memberikan Warisan Kultural
Pelajaran sejarah dapat memberikan sebagian warisan kultural kepada mahasiswa; demikian pula dengan pelajar­an matematika, seni, dan musik. Para mahasiswa yang mempelajari bahasa dan sastra akan memperoleh kontak dengan : impian-impian, harapan-harapan, dan aspirasi-aspirasi, sebagai akar-akar dari kebudayaan. Prosa fiksi dapat menstimulai imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dari warisan budaya bangsa. 
Novel-novel yang terkenal seperti : Sitti Nurbaya, Salah Asuhan, Layar Terkembang mengungkapkan impi-an-impian, harapan-harapan, aspirasi-aspirasi dari generasi yang terdahulu yang seharusnya dihayati oleh generasi kini. Bagi bangsa Indonesia novel-novel yang berlatar belakang perjuangan revolusi seperti Jalan Tak Ada Ujung, Perburuhan, jelas merupakan buku novel yang berarti, sementara kita menyadari bahwa revolusi itu sendiri adalah suatu tindakan heroisme yang mengagumkan dan memberikan kebanggaan. 

v Prosa Fiksi Memberikan Keseimbangan Wawasan
Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalamannya dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesem-patan untuk memilih respon-respon emosional atau rang-kaian aksi (action) yang mungkin sangat berbeda daripa-da apa yang disajikan oleh kehidupan sendiri. Rangkaian aksi itu sendiri mungkin tidak pernah ada dan tidak pernah terjadi di dalam kehidupan faktual.  Adanya semacam kaidah kemungkinan yang tidak mungkin dalam fiksi inilah yang memungkinkan pembaca untuk dapat memperluas dan memperdalam persepsi dan wawasannya tentang tokoh, hidup, dan kehidupan manusia. Dari banyak memperoleh pengalaman sastra, pemba­ca akan terbentuk keseimbangan wawasannya, terutama dalam menghadapi kenyataan-kenyataan di luar dirinya yang mungkin sangat berlainan dari pribadinya. Seorang dokter yang dianggap memiliki status sosial tinggi, tetapi ternyata mendatangi perempuan simpanannya walaupun dengan alasan-alasan psikologis, seperti dikisahkan novel Belenggu, adalah contoh dari “the probable impossibili­ty.” Tetapi justru dari sinilah pembaca memperluas per-spektifnya tentang kehidupan manusia. Kesanggupan sastra (fiksi) untuk menembus pikiran dan emosi seperti itu dapat memberikan impaknya yang luar biasa. Beberapa novel kadang-kadang menyajikan suatu wawasan atau pemikiran yang subtil, bahkan sampai kepada yang “gila” (Ingat beberapa novelet Putu Wijaya). 


Cerpen “Manusia dan Harapan”
Semua manusia yang hidup pasti punya banyak harapan, harapan yang ingin dicapai apapun itu bentuknya mereka berusaha menggapai harapan tersebut. Dan mereka yang gagal dengan harapan tersebut jangan patah semangat perjuangkan terus karena harapan hanya bisa dibangkitkan dari diri sendiri, orang lain hanya faktor pendorong saja untuk memperkuat harapan tersebut. Akan tetapi harapan itu sendiri ada yang langsung dikabulkan ada juga dikabulkan secara bertahap. Kita sebagai manusia meminta harapan kepada Yang Maha Kuasa yaitu Allah. Tanpa usaha dan berdoa apa yang kita harapkan tidak ada artinya. Dengan adanya kodrat ini manusia mempunyai harapan dan dorongan kebutuhan hidup.
Contohnya : Orang yang jatuh cinta pun punya banyak harapan untuk orang yang disayangi dan dicintainya untuk bisa memiliki seutuhnya. Hanya cinta yang bisa mengharapkan sesuatu yang datangnya dari hati orang masing-masing. Butuh banyak usaha dan pengorbanan untuk harapan itu bisa menjadi kenyataan. Setiap manusia pasti memiliki harapan yang positif bagi dirinya sendiri. Contoh lainnya aku yang sekarang diposisi yang bimbang dan ragu untuk memutuskan pilihan diantara mereka, aku takut pilihan yang telah ku pilih salah, entah sampai kapan aku seperti ini yang menggantungkan harapan orang itu. Orang itu sangat berharap kepadaku. Tapi untukku butuh waktu yang lama untuk mengambil keputusan yang tepat. Dari awal aku bilang ke mereka bahwa aku tidak ingin berpacaran dahulu sebelum hati aku benar-benar yakin akan keputusan hatiku. Semoga dengan caraku yang seperti ini tidak ada yang tersakiti.

Aku menyayanginya bukan berarti aku ingin menjalani hubungan yang serius, melainkan aku masih dalam tahap pemilihan. Aku ingin serius tapi hati aku masih menolak belum bisa membuka hati untuk mereka. Tetapi mereka masih terus memperjuangkan cintanya untuk aku, aku sangat menghargai usaha dan perjuangan mereka aku hanya bisa menghargai usaha mereka saja. Jadi, aku sekarang hanya bisa menjalankan hubungan pertemanan dekat dengan mereka. Memang benar manusia itu penuh dengan harapan. Hanya manusia yang bisa merasakan harapan. Aku tidak ingin mengulang kesalahanku cepat untuk mengambil keputusan jika ada oranglain yang dekat dengan aku, karena sama saja aku menyakiti dan mempermainkan hati mereka karena keputusan yang cepat aku ambil. Mungkin dengan proses pembelajaran aku yang seperti ini aku lebih matang berpikir kembali agar aku tidak mengulangi kesalahan yang sama. Dan apalagi jika harapan itu untuk orang yang dikasihinya maka harapan itu sangat besar untuk terus dibuktikan dan diperjuangkan kepada orang yang memang pantas untuk menerimanya.